Bantul merupakan
salah satu daerah tujuan wisata andalan di Yogyakarta. Selain memiliki daya
tarik wasata alam yang banyak, Bantul juga memiliki daya tarik wisata buatan,
desa wisata, museum, dan daya tarik kerajinan. Salah satu daya tarik kerajinan
yang ada di Kabupaten Bantul adalah kerajinan patung primitif. Sentra kerajinan patung primitif
terletak di Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul,
Provinsi D. I. Yogyakarta.
Masyarakat Dusun
Pucung telah memproduksi patung primitif sejak tahun 1996. Keahlian mereka
dalam memahat kayu didapatkan dari seniman besar bernama Bagong Kussudiardjo.
Sedangkan, ide pembuatan patung primitif tercetus dari Bapak Ambar, seorang
pengusaha mebeuler. Awalnya warga hanya membuat mebeul kayu biasa. Kemudian,
datanglah Pak Ambar dengan membawa desain patung primitif. Ternyata, hasil
pahatan warga Pucung tidak mengecewakan. Lama kelamaan, banyak yang tertarik
dan ingin membeli karya mereka.
Salah satu
galeri produk patung primitif adalah Maharani Primitive Handicraft. Usaha
pembuatan kerajinan Patung Primitif ini didirikan oleh Bapak Sujid pada tahun
1996. Sanggar Maharani berlokasi di jalan Bantul KM. 7. Tepatnya di Dusun Pucung no. 6, Desa
Pendowoharjo,
Kecamatan
Sewon, Bantul,
Yogyakarta. Sanggar Maharani memproduksi berbagai jenis patung primitif yang merupakan modifikasi
antara patung dari Asmat, Indian dan dipoles dengan kerativitas para pengrajin.
Patung-patung tersebut dibuat dengan menggunakan bahan kayu jati, munggur, dan
mahoni. Jadi, kayu yang digunakan tidak harus kayu fisak seperti pembuatan
patung suku Asmat. Selain patung, Sanggar Maharani juga memproduksi asbak,
tempat lilin, tempat pulpen, tempat kartu nama, tempat CD, lampu tidur, meja
bahkan lemari.
Alat yang digunakan
untuk membuat patung adalah seperangkat pahat kayu dan didukung dengan
seperangkat mesin-mesin produksi sebagai sarana penunjang bagi kelancaran
proses produksi. Secara teknis, pembuatan patung menggunakan teknik pahat
langsung (Manual Skill) dan teknik
tempelan bentuk organ tubuh patung seperti tangan, kepala, kaki, dan tubuh
patung serta bentuk-bentuk perlengkapan (Machine
Skill). Secara singkat, proses pembuatan patung dimulai dari pembuatan
pola. Kayu digambar pola terlebih dahulu. Pola lalu dipotong menggunakan mesin.
Potongan-potongan patung kemudian disatukan dengan paku. Patung lalu dibakar
hingga warnanya berubah menjadi coklat tua atau hitam. Selanjutnya patung
direndam dalam cairan lem lalu diamplas hingga permukaanya halus.
Hasil produksi kerajinan patung primitif
tidak hanya dipasarkan ke beberapa
wilayah di Indonesia tetapi juga telah dipasarkan ke sejumlah negara di dunia. Diantaranya Jepang, Amerika, Polandia dan Korea. Setiap bulannya, sanggar
Maharani mampu
mengirim hasil produksi kerajinan patung sekitar dua hingga tiga container.
Industri patung
primitif mengalami masa kejayaan pada tahun 1997 sampai sekitar tahun 2005.
Pada masa itu, harga bahan baku kayu masih murah. Jumlah pengusaha patung
mencapai 40 lebih pada saat itu. Masing-masing pengusaha rata-rata memproduksi
100 hingga 300 patung tiap bulannya. Bahkan pada masa awal krisis moneter pada
tahun 1998, Industri patung primitif masih mampu bertahan bahkan banyak
pengusaha yang meraup keuntungan karena waktu itu harga bahan baku masih murah.
Di sisi lain, hasil produksi yang diekspor keluar negeri dibayar dengan
menggunakan mata uang dollar sehingga para pengusaha dapat meraup untung
berkali lipat karena nilai tukar dollar terhadap rupiah saat itu sangat tinggi.
Namun kondisi yang
berbeda dialami para pengusaha ketika terjadi krisis Global pada tahun 2008.
Pada saat krisis ini terjadi, harga barang baku sudah terjadi kenaikan padahal
harga jual patung tidak mengalami kenaikan. Oleh karena itu, para pengusaha
terpaksa
mengurangi jumlah tenaga kerja untuk menghemat biaya produksi. Tak
terkecuali jumlah tenaga kerja di sanggar maharani. Saat ini, jumlah tenaga pekerja di sanggar
maharani hanya berjumlah 12 orang. Meskipun demikian, sanggar ini masih mampu memproduksi secara
rutin setiap hari kerajinan patung primitif. Dalam satu bulan, sanggar
Maharani masih mampu memproduki kerajinan patung primitif ini sekitar 100 hingga 300
patung.
Harga jual
patung primitif cukup bervariasi, tergantung ukuran besar kecilnya. Sanggar Maharani menjual kerajinan patung
mulai dari ukuran kecil yakni berukuran cinderamata hingga patung yang
berukuran besar mencapai tiga meter dengan kisaran harga antara Rp3.000 hingga Rp 9 juta per buahnya. Dari penjualan
tersebut, sanggar Maharani
mampu
memperoleh omzet pendapatan sekitar Rp 20 juta setiap bulannnya. Bagi wisatawan yang sedang berlibur di Bantul dan
tertarik dengan kerajinan patung primitif, bisa datang langsung ke sentra
kerajinan patung primitif di Dusun Pucung. Di sini wisatawan diperbolehkan
untuk melihat proses pembuatan patung bahkan diperbolehkan terlibat secara
langsung untuk mencoba membuat patung. Tentunya ini akan menjadi pengalaman
menarik yang tidak terlupakan. Wonderful
Indonesia- Know it, love it. Bantul- The harmony of Nature and culture. Salam
PROJOTAMANSARI.
(Muhlis)